Page Nav

HIDE

Gradient Skin

Gradient_Skin

Pages

Responsive Ad

Profil Muhammad Mursi, Mantan Presiden Mesir yang Meninggal saat Diadili

Mantan Presiden Mesir Muhammad Mursi meninggal dunia pada usia 67 tahun setelah pingsan di balik kerangkeng terdakwa dalam ruang sidang di K...



Mantan Presiden Mesir Muhammad Mursi meninggal dunia pada usia 67 tahun setelah pingsan di balik kerangkeng terdakwa dalam ruang sidang di Kairo, Senin (17/6/2019).

Dia jatuh pingsan ketika disidang dalam kasus dakwaan mata-mata dan tak lama kemudian meninggal dunia. Stasiun televisi pemerintah Mesir melaporkan, penyebab kematian Mursi adalah serangan jantung.

Para aktivis dan keluarganya sudah lama mengatakan bahwa Mursi tidak menerima perawatan secara serius terkait kesehatannya, seperti tekanan darah tinggi dan diabetes.

Mereka juga menganggap bahwa Mursi secara terus-menerus ditahan di dalam sel isolasi.

Apa yang terjadi di ruangan sidang?

Mursi pingsan tidak lama setelah berpidato di pengadilan di Kairo dalam kasus mata-mata terkait dugaan kontaknya dengan kelompok Islam Palestina, Hamas, yang memiliki hubungan dekat dengan Ikhwanul Muslimin.

Dia berbicara selama sekitar lima menit dari dalam kerangkeng berdinding kaca kedap suara, yang menurut para pejabat dirancang untuk mencegahnya mengganggu proses persidangan.

Menurut jaksa penuntut umum, Mursi dinyatakan meninggal dunia di rumah sakit pada pukul 16.50 waktu setempat dan laporan awal tidak menunjukkan adanya tanda-tanda cedera pada tubuhnya.

Pada Mei lalu, keluarganya mengatakan pihak berwenang berulang kali menolak akses kepadanya dan mereka hanya mengetahui sedikit tentang kondisi kesehatannya.

Selama di penjara, Mursi hanya diizinkan tiga kali kunjungan dari keluarganya dan tidak diberi akses kepada pengacara atau tim dokternya, demikian kelompok hak asasi manusia, Amnesty International.

Putranya, Abdullah, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa dia tidak tahu lokasi jenazah ayahnya dan pihak berwenang menolak untuk mengizinkan Mursi dimakamkan di provinsi asalnya, Sharqiya di Delta Nil.

Mursi, yang menjadi pemimpin Mesir pertama yang terpilih secara demokratis pada 2012, dijatuhi hukuman lebih dari 45 tahun penjara dalam tiga persidangan terpisah, termasuk tuduhan memimpin kelompok terlarang; melakukan penahanan dan penyiksaan terhadap demonstran anti-pemerintah; serta membocorkan rahasia negara.

Dia selalu menolak otoritas pengadilan, dan para pendukungnya mengecam proses persidangan atas dirinya lebih dilatari motivasi politik.

Apa reaksi atas kematian Morsi?

Partai Kebebasan dan Keadilan, yang memiliki kedekatan dengan organisasi yang kini dilarang, Ikhwanul Muslimin, mengatakan kematian Morsi identik dengan "pembunuhan", dan mendesak para pendukungnya berkumpul selama proses pemakaman dan berdemonstrasi di luar kedutaan besar Mesir di seluruh dunia.

"Mereka menempatkannya di ruangan tahanan khusus yang terisolasi selama penahanannya yang melebihi lima tahun, lalu menghalang-halangi pemberian obat-obatan dan menyediakan makanan yang buruk. Mereka mencegah dokter dan pengacaranya dan bahkan mencegahnya berkomunikasi dengan keluarganya. Mereka merampas hak asasi manusia yang paling sederhana," kata kelompok itu, seperti dikutip BBC, Selasa (18/6/2019).

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang merupakan sekutu terdekatnya, menyalahkan pemerintah "tiran" Mesir atas kematian Morsi, sementara Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, yang merupakan sekutu terdekat lainnya, menyatakan kesedihan mendalam.

Crispin Blunt, anggota parlemen Inggris dari Partai Konservatif, yang sebelumnya memperingatkan tentang kondisi kesehatan Morsi, menyerukan penyelidikan internasional dan mengatakan pemerintah Mesir bertanggungjawab untuk menjelaskan kematian Mursi.

"(Mursi) ditahan di sel isolasi selama hampir enam tahun, yang berdampak besar atas kesehatan mental dan fisiknya. Dia secara efektif terputus dari dunia luar," kata Wakil Direktur Amnesty International untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Magdalena Mughrabi.

Direktur Human Rights Watch untuk Timur Tengah, Sarah Leah Whitson, mengatakan bahwa kematian Morsi mengerikan, tetapi dapat diprediksi.

Siapakah Muhammad Mursi?

Mursi lahir di desa El-Adwah Provinsi Sharqiya di kawasan Delta Nil pada 1951. Dia mendalami teknik sipil di Universitas Kairo pada 1970-an sebelum pindah ke Amerika Serikat untuk merampungkan studi tingkat doktoral.

Dia dipilih sebagai kandidat presiden dari Ikhwanul Muslimin dalam pemilihan Mesir tahun 2012 setelah calon pertama yang ingin diusung organisasi itu mengundurkan diri.

Mursi menang dengan selisih suara tipis dan berjanji memimpin pemerintahan bagi seluruh rakyat Mesir.

Namun para penentangnya menyebut Mursi gagal memerintah selama masa kekuasaan yang bergolak. Mereka menuduhnya membiarkan kelompok-kelompok berhaluan Islam mendominasi arena politik dan salah urus ekonomi.

Penentangan warga terhadap pemerintahannya bertambah besar dan jutaan orang turun ke jalan-jalan di seluruh Mesir untuk menggelar aksi bertepatan dengan peringatan satu tahun kekuasaan Morsi pada 30 Juni 2013.

Pada 3 Juli malam, militer membekukan sementara konstitusi dan mengumumkan pembentukan pemerintahan interim yang diisi oleh para teknokrat sebelum digelar pemilihan presiden baru.

Mursi menyebut langkah tersebut sebagai kudeta dan dia kemudian ditahan oleh militer.

Sejak digulingkan, dia masuk tahanan dan menjalani hukuman penjara selama tujuh tahun dalam kasus pemalsuan permohonan pencalonan presiden pada 2012.

Di bawah pemerintahan yang sekarang, Mursi menghadapi berbagai dakwaan termasuk spionase. Pihak berwenang juga menyasar para pendukungnya dan menggolongkan Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi teroris.

Kasus mata-mata itu dikaitkan dengan kontaknya dengan kelompok militan Palestina, Hamas.

Kuliah Beasiswa...?? Klik Disini

Gambar : inews.id
Sumber : inews.id 

Reponsive Ads